Kamis, 07 Mei 2015

Ijah Faijah, Wanita Pemandi Jenazah


Bagi sebagian kalangan, memandikan jenazah dianggap pekerjaan yang ‘menyeramkan’. Namun tidak bagi Ijah Faijah. Istri anggota DPRD Provinsi Banten asal Partai Keadilan Sejahtera ini seperti tidak memiliki rasa takut. Perempuan yang kini aktif di kegiatan sosial masih menjalani aktivitas tersebut meski suami Mas Agus telah meninggal.

Ijah Faijah, aktivis perempuan kelahiran Serang 44 tahun lalu, memang punya nyali besar. Dia mengaku pertama kali memandikan jenazah saat masih berusia 18 tahun. Saat itu, banyak yang tidak percaya bahwa Ijah dapat melakukannya. Bahkan, sebagian orang menganggap Ijah main-main karena dianggap masih anak kecil.“Waktu itu saya masih SMA, badan saya yang kecil membuat orang tidak percaya kalau saya bisa memandikan jenazah,” kenang ibu enam anak ini saat ditemui Radar Banten di kediamannya, Jalan Anggrek II Penancangan Pipa Gas, Kota Serang, Rabu (17/3).

Profesi memandikan jenazah dilakukan Ijah sejak 1988, ketika ayahnya Muhammad Amin, meninggal akibat kecelakaan. Pengalaman inilah yang membuat wanita yang hobi mendaki gunung, ini meneruskan kegiatan memandikan jenazah hingga saat ini. Apakah memiliki pengalaman aneh saat memandikan jenazah? Ketua Yayasan Bina Wanita Bahagia (YBWB) ini mengaku sering menemui kejadian unik. “Saya pernah memandikan jenazah yang matanya melotot dan keluar busa dari mulut. Namun, alhamdulillah bisa ditangani,” kata Ijah.

Saat wawancara berlangsung kemarin, Ijah meminta izin untuk menengok beberapa anak yang sedang belajar di salah satu ruangan. Ijah memang tinggal bersama dengan dua anaknya dan belasan anak jalanan, yang diasuh sejak kecil.Selain kegiatan training memandikan jenazah, alumni SMAN 1 Serang ini memiliki beragam kegiatan, di antaranya Penasihat Persaudaraan Muslimah (Salimah) Provinsi Banten, Biro Hukum Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Banten.

Diiringi canda dan tawa anak-anak binaannya, Ijah kembali menceritakan pengalamannya selama memandikan jenazah. “Saya pernah memandikan jenazah tengah malam, tepatnya pukul 01.00 dini hari,” kata Ijah yang saat itu mengenakan pakaian gamis warna merah putih.
Ketika itu, tutur Ijah, dirinya tidak berpikir panjang dan langsung menuju ke lokasi pemandian jenazah. “Rupanya jenazah itu adalah suami istri korban kecelakaan di Cikande,” kata Ijah.Kini, alumnus IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Jawa Barat, itu aktif memberikan pelatihan memandikan jenazah di sejumlah majelis taklim di Banten. “Pahala orang yang memandikan jenazah akan dihapus seperti bayi baru lahir, inilah salah satu motivasi saya,” katanya.

Aktivitas Ijah terbilang luar biasa karena ia menjadi ibu sekaligus penanggung nafkah keluarga. Suaminya, Mas Agus Maftuhi telah meninggal dunia beberapa tahun lalu akibat sakit. Sebelum meninggal, Mas Agus adalah anggota DPRD Provinsi Banten dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).Lalu darimana biaya hidup untuk delapan anaknya? Mendengar pertanyaan tersebut, wanita berdarah Sunda ini kembali masuk ke dalam rumah beberapa saat. Selang beberapa saat, Ijah kembali ke ruang tamu sambil membawa sebuah botol minyak kelapan murni atau VCO. Itulah salah satu usaha yang kini ditekuni untuk menghidup keluarga.

Selain itu, Ijah juga menanamkan sahamnya di Nurul Fikri, sebuah lembaga bimbingan belajar di Cilegon. “Saya ingin menjadi ibu yang jadi contoh anak-anak,” ujarnya.
Di ujung pembicaraan, Ijah menegaskan bahwa kegiatan sosial seperti melakukan pembinaan terhadap anak jalanan, memandikan jenazah dan mendampingi istri-istri dari kalangan orang miskin, akan tetap dilakukan sampai maut menjemput. “Selama saya mampu dan diberikan umur panjang, tak kenal kata henti,” katanya.

(Tulisan ini pernah dimuat di Radar Banten, edisi 18-Maret-2010)

Pagi ini dapat berita duka, pejuang itu dipanggil Allah:
إِنّا لِله وَ إِنّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ Telah berpulang dengantenang saudari kita yg kita cintai ibu Ijah Faijah di icu RS Sari Asih Serang,Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahnya dan menempatkan beliau di tempat yg layak disisiNya dan keluarga yg ditinggalkan mendapatkan kesabaran dan ketabahan

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَها وَارْحَمْها وَعَافها وَاعْفُ عَنْها، وَأَكْرِمْ نُزُلَها، وَوَسِّعْu مَدْخَلَها، وَاغْسِلْها بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّها مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّjيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْها دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِها، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِها، وَأَدْخِلْها الْجَنَّةَ، وَأَعِذْها مِنْ عَذَابِ الْقَبْر و مِنْ عَذَابِ النَّار . امين يا رب العالمين .

“Ya اَللّهُ... Ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran... Masukkan dia ke surga, jagalah dia dari siksa kubur dan neraka"

آمِين يَا رَبّ الْعَالَمِينَ

0 komentar:

Posting Komentar