Jumat, 27 Februari 2015

Urgensi Riset dan Data Bagi Lembaga Dakwah


saya ingin menyampaikan sedikit pemikiran tentang Riset dan Data bagi Lembaga Dakwah....
Terenyuh kita melihat kondisi umat Islam yang sedang ditimpa fitnah yang tidak henti-hentinya, melihat kondisi umat Islam yang selalu menjadi 'bulan-bulanan' para liberalis, melihat kenyataan beberapa hambatan dan kegagalan dakwah.

Banyak faktor yang menyebabkan itu semua terjadi. Namun demikian, tetap saja, menurut saya yang lemah ini, faktor internal menjadi faktor utama penyebab hal-hal tersebut di atas. Dari kebersihan niat, pemahaman yang kurang dan faktor lainnya.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa dai-dai kita sangat baik dalam pemahaman keislaman, hati mereka benar-benar dijaga agar tidak ternoda oleh niat selain Allah. Komitmen dan kedisiplinan mereka ditanam sedemikian rupa agar tidak futur dalam arti yang negatif. Dan kita semua berusaha untuk bisa seperti mereka dalam pemahaman, kebersihan niat, komitmen dan kedisiplinan.
Namun sering kali kita bertanya dalam diri, mengapa dakwah beberapa kali (jika kita tak ingin mengatakan sering kali) gagal ? Mengapa liberalism dan konconya masih saja dengan mudahnya mengoyak-ngoyak umat ini ?

Orang berdakwah, kalau kita beranalogi, tak bedanya dengan orang yang memproduksi barang/jasa dan menjualnya. Sebelum mereka memproduksi suatu barang/ide, biasanya dan memang begitulah seharusnya mereka melakukan riset untuk mengetahui karakteristik pasar yang dituju, prilaku calon konsumennya, kecenderungan-kecenderungan pasar dimasa yang akan datang dan lain-lain.
Sudahkah kita melakukan itu semua sebelum menjual produk dakwah. Fenomena menunjukkan lebih banyak kita melakukan penetrasi dakwah atau meluncurkan produk dakwah tanpa riset ke lapangan dakwah. kita biasa dengan bermodalkan intuisi, dugaan yang belum tentu obyektif sesuai dengan kondisi obyek dakwah. 

Kita lebih sering menjalankan kegiatan dakwah menurut selera kita, bukan menurut kebutuhan obyek dakwah (selera obyek dakwah, tentunya yang tidak bertentangan dengan syariat). Bertolak belakang sekali dengan apa yang dilakukan oleh para liberalis. Mereka tak bedanya pesaing kita dalam berjualan, kita berdagang al haq, mereka berdagang al bathil.

Sebelum memproduksi kebathilan... mereka biasa melakukan riset pasar. Mereka paham sekali karakteristik pasar sasarannya (umat Islam). Data tentang kita mereka kuasai. Wajar saja jika produknya diterima oleh pasar/konsumennya yang notabene adalah umat kita sendiri.

Dengan segala data dan informasi yang dimilikinya mereka dengan mudah menyerang kita dari segala arah, ke lingkungan kita, ke rumah kita, ke kamar kita bahkan menembus hati kita. Ternyata memang, faktor data menjadi kendala sendiri bagi kita dan kekuatan tersendiri bagi liberalis

Data hanya akan didapat melalui riset, baik ilmiah maupun non-ilmiah. Kita bisa bayangkan bagaimana jadinya sebuah lembaga dakwah yang tidak memiliki data tentang anggotanya secara detail, kondisi geografis dan demografis masyarakat di sekitarnya, perilaku masyarakat, sumber-sumber ekonomi, serta lembaga-lembaga apa saja yang bisa menjadi mitra dan menjadi penghambat dan berbagai jenis data lainnya? tentu kerja dakwah akan berat dan berjalan tanpa program

Memang tidak sedikit lembaga dakwah yang mulai memperhatikan urgensi data tersebut, namun tidak sedikit pula dari lembaga dakwah tersebut yang bingung harus diapakan data tersebut. Data tidak diolah menjadi informasi yang bermanfaat. Jika informasi diolah menjadi sebuah knowledge, lalu knowledge itu melahirkan sebuah kebijakan, insya Allah akan memudahkan penetrasi dakwah.

Ambil contoh dakwah Hisb, andaikan setiap kelurahan/kecamatan memiliki tim riset sendiri (atau paling tidak menjalankan fungsi riset, meskipun tidak ada dalam struktur), berapa banyak data yang berhasil kita himpun dari kader/simpatisan dan masyarakat. Ketika misalnya, suatu saat kita butuh penetrasi ke suatu daerah, tim riset kelurahan/kecamatan tersebut bisa melakukan penelitian awal melihat kondisi masyarakat setempat. Kemudian hasil penelitiannya direkomendasikan ke tingkat di atasnya, lalu menganalisa dan memutuskan bagaimana sebaiknya penetrasi ke daerah tersebut dan ustad yang mana yang cocok terjun kesana.

Atau contoh lain, ketika kita akan mengadakan suatu kegiatan bimbingan belajar. Karena kita sudah punya data tentang kader/simpatisan dan potensinya, dengan mudah kita bisa mencari siapa yang bisa membantu proyek ini tanpa harus memakan waktu mencari-cari dahulu.

Melalui tulisan ini dan seiring dengan program dakwah untuk melakukan konsolidasi internal, mari mulai memperhatikan tentang riset dan data. Mari kita jadikan riset sebagai sebuah kebiasaan baru kita yang insya Allah akan menunjang dakwah. Bagi kita yang aktif LDK/Rohis kampus, Yayasan atau lembaga dakwah lainnya masalah ini seyogyanya sudah menjadi perhatian serius.

0 komentar:

Posting Komentar