saya ingin menyampaikan sedikit
pemikiran tentang Riset dan Data bagi Lembaga Dakwah....
Terenyuh kita melihat kondisi umat Islam yang
sedang ditimpa fitnah yang tidak henti-hentinya, melihat kondisi umat Islam
yang selalu menjadi 'bulan-bulanan' para liberalis, melihat kenyataan beberapa hambatan
dan kegagalan dakwah.
Banyak faktor yang menyebabkan
itu semua terjadi. Namun demikian, tetap saja, menurut saya yang lemah ini,
faktor internal menjadi faktor utama penyebab hal-hal tersebut di atas. Dari
kebersihan niat, pemahaman yang kurang dan faktor lainnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa
dai-dai kita sangat baik dalam pemahaman keislaman, hati mereka benar-benar
dijaga agar tidak ternoda oleh niat selain Allah. Komitmen dan kedisiplinan
mereka ditanam sedemikian rupa agar tidak futur dalam arti yang negatif. Dan
kita semua berusaha untuk bisa seperti mereka dalam pemahaman, kebersihan niat,
komitmen dan kedisiplinan.
Namun sering kali kita bertanya
dalam diri, mengapa dakwah beberapa kali (jika kita tak ingin mengatakan sering
kali) gagal ? Mengapa liberalism dan konconya masih saja dengan mudahnya mengoyak-ngoyak
umat ini ?
Orang berdakwah, kalau kita
beranalogi, tak bedanya dengan orang yang memproduksi barang/jasa dan menjualnya.
Sebelum mereka memproduksi suatu barang/ide, biasanya dan memang begitulah
seharusnya mereka melakukan riset untuk mengetahui karakteristik pasar yang
dituju, prilaku calon konsumennya, kecenderungan-kecenderungan pasar dimasa
yang akan datang dan lain-lain.
Sudahkah kita melakukan itu semua
sebelum menjual produk dakwah. Fenomena menunjukkan lebih banyak kita melakukan
penetrasi dakwah atau meluncurkan produk dakwah tanpa riset ke lapangan dakwah.
kita biasa dengan bermodalkan intuisi, dugaan yang belum tentu obyektif sesuai
dengan kondisi obyek dakwah.
Kita lebih sering menjalankan
kegiatan dakwah menurut selera kita, bukan menurut kebutuhan obyek dakwah
(selera obyek dakwah, tentunya yang tidak bertentangan dengan syariat). Bertolak
belakang sekali dengan apa yang dilakukan oleh para liberalis. Mereka tak
bedanya pesaing kita dalam berjualan, kita berdagang al haq, mereka berdagang
al bathil.
Sebelum memproduksi kebathilan...
mereka biasa melakukan riset pasar. Mereka paham sekali karakteristik pasar
sasarannya (umat Islam). Data tentang kita mereka kuasai. Wajar saja jika
produknya diterima oleh pasar/konsumennya yang notabene adalah umat kita
sendiri.
Dengan segala data dan informasi
yang dimilikinya mereka dengan mudah menyerang kita dari segala arah, ke
lingkungan kita, ke rumah kita, ke kamar kita bahkan menembus hati kita. Ternyata
memang, faktor data menjadi kendala sendiri bagi kita dan kekuatan tersendiri
bagi liberalis
Data hanya akan didapat melalui
riset, baik ilmiah maupun non-ilmiah. Kita bisa bayangkan bagaimana jadinya
sebuah lembaga dakwah yang tidak memiliki data tentang anggotanya secara
detail, kondisi geografis dan demografis masyarakat di sekitarnya, perilaku
masyarakat, sumber-sumber ekonomi, serta lembaga-lembaga apa saja yang bisa
menjadi mitra dan menjadi penghambat dan berbagai jenis data lainnya? tentu
kerja dakwah akan berat dan berjalan tanpa program
Memang tidak sedikit lembaga
dakwah yang mulai memperhatikan urgensi data tersebut, namun tidak sedikit pula
dari lembaga dakwah tersebut yang bingung harus diapakan data tersebut. Data
tidak diolah menjadi informasi yang bermanfaat. Jika informasi diolah menjadi
sebuah knowledge, lalu knowledge itu melahirkan sebuah kebijakan, insya Allah
akan memudahkan penetrasi dakwah.
Ambil contoh dakwah Hisb,
andaikan setiap kelurahan/kecamatan memiliki tim riset sendiri (atau paling
tidak menjalankan fungsi riset, meskipun tidak ada dalam struktur), berapa
banyak data yang berhasil kita himpun dari kader/simpatisan dan masyarakat.
Ketika misalnya, suatu saat kita butuh penetrasi ke suatu daerah, tim riset
kelurahan/kecamatan tersebut bisa melakukan penelitian awal melihat kondisi
masyarakat setempat. Kemudian hasil penelitiannya direkomendasikan ke tingkat
di atasnya, lalu menganalisa dan memutuskan bagaimana sebaiknya penetrasi ke
daerah tersebut dan ustad yang mana yang cocok terjun kesana.
Atau contoh lain, ketika kita
akan mengadakan suatu kegiatan bimbingan belajar. Karena kita sudah punya data
tentang kader/simpatisan dan potensinya, dengan mudah kita bisa mencari siapa
yang bisa membantu proyek ini tanpa harus memakan waktu mencari-cari dahulu.
Melalui tulisan ini dan seiring
dengan program dakwah untuk melakukan konsolidasi internal, mari mulai
memperhatikan tentang riset dan data. Mari kita jadikan riset sebagai sebuah
kebiasaan baru kita yang insya Allah akan menunjang dakwah. Bagi kita yang
aktif LDK/Rohis kampus, Yayasan atau lembaga dakwah lainnya masalah ini
seyogyanya sudah menjadi perhatian serius.
0 komentar:
Posting Komentar