Semangat Menuntut Ilmu

Ilmu bukan ditunggu, tapi diraih dengan berbagai cara, meskipun berkeringan dan terseok seok

Namsam Seoul Tower

Training Network Yang Melelahkan Dilanjut Refresing keliling Seoul dan Sewon Korea Selatan

GeNAM Mendesak Gubernur DKI Melarang Minimarket Jual Miras

Berbagai element pemerintah dan masyarakat diajak untuk melawan miras untuk Menyelamatkan Generasi

Rihlah Adalah Seni Memperkuat Ruhiah

Jalan jalan Bersama Keluarga Mencari Keindahan Alam Ciptaan Allah

Sabtu, 06 Maret 2010

HADIAH CINTA

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan
penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu
menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi
seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang
tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah
dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu
hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi.

Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar
mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun
disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya dibidang
musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya
mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja
lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa
mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan
sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia
mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki
itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya
pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak
lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia
mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah
sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang
ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat
musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima
banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus
mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia
telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas
kebaikannya."

Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati
orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya
melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk
mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan
rahasia.Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di
hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang
baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut
jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga
tampaklah...bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.

"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan
rambutnya,"
bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah
kehilangan
sedikit kecantikannya bukan?"

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di
dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa
terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak
terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

(diadaptasi dari unknown. Terima kasih untuk siapa saja yang telah
menulis cerita indah ini - Editor)